Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Tentang The Historian (Malang, lupa tahun)

Ini buku bagus. Novel ini ditulis oleh Elizabeth Kostova, seorang wanita dosen sejarah di Oxford University. Bercerita tentang Vlad Dracula dalam bingkai yang baru dan segar, jauh dari perspektfi-perspektif mainstream selama ini. Selama ini ada dua versi yang berseberangan yang mengiringi cerita-cerita menyangkut sosok pangeran dari negeri Transyllvania ini. Versi pertama adalah versi dongeng rakyat yang dibesut lagi oleh Bram Stoker yang sarat akan nuansa supranatural di mana digambarkan bahwa pangeran Vlad adalah seorang vampir penghisap darah yang takut dengan pemakuan pasak di jantung, bawang putih, dan salib. Versi kedua adalah versi fakta sejarah di mana Vlad adalah seorang tiran dengan kekejaman di luar nalar yang sudah menghabisi ribuan tentara Turki dengan cara-cara yang tak terbayangkan. Kalangan Islam berpendapat bahwa dongeng Vlad yang seorang vampir hanyalah usaha dari golongan non Islam untuk mengaburkan rekam jejak tentang keberadaan Pangeran Vlad Dracula dan kek

Tentang Beverly Barton dan Teman-temannya (Malang, lupa tahun)

Ada hari-hari ketika perpustakaan kota menjadi begitu payah. Itu adalah hari ketika buku-buku bagus sudah habis dipinjam. Dan kemarin adalah salah satu dari hari itu. Jadilah aku meminjam Beverly Barton! Padahal aku asli eneg dengan cerita-cerita pembunuh-berantai-psiko yang so... typically Amrik. Lha koen wingi kok tertarik pinjem Dead Sleep Gun? Beda... beda... Greg Iles tetap ada taste -nya (walaupun aku merasa tak merasakan apa-apa membacanya). Di In The Miso Soup, ada adegan saat TV memberitakan soal analisa rumit dari seorang pakar tentang korban pembunuhan. Pakar itu bilang, mata si korban ditusuk karena si pembunuh tak mau si korban melihat perbuatannya saat menyiksa. Nah, pacar Kenji (si tokoh utama) mengomentari analisa itu dan berkata kalau bisa saja si pembunuh menusuk mata bukan karena segala tetek bengek itu, melainkan... ya karena ingin menusuk saja. Mengerti kan? Se- simple itu. Itulah yang kurasakan saat membaca Barton, Lisa Jackson, Karen Rose, etc. Mereka terlalu

Nope (Malang, 01 September 1999)

Dan tanyalah pada nuranimu sebab mengapa kamu dilahirkan Maka seluruh langit dan bumi takkan saguh menjawab pasti Dan tanyalah pada hari kiamat saat kau berhadapan dengan Tuhanmu

Lover (Malang, Maret 2001)

Berjinjit Berusaha menggapai rembulan Teronggok di kolong langit Bersama sekumpulan asap yang membiru Sia-siakah aku Berputar, mengitari selongsong mati kehidupan Bergelayut di batas harapan Antara cinta Antara air mata

Cemara (Malang, Kamis 01 Maret 2001)

Terbelah rongga hawa Siluet indah bidadara Romantika kemala yang sendu Cerita tentang jiwa dan syair si pujanggi Seruling bambu Serak terpatah-patah Melengking Menciut Mengutuk aroma rerumputan basah yang menghijau

Di Celahnya Senja (Malang, 27 Juli 1999)

Kala gelap menyelimuti Aku memandang jauh Lurus menembus celah-celah senja Tatapanku mengarak cepat Seperti kilat putih menyambar lekuk mega Kubuai diriku dalam pondhongan batas langit Merenda malam yang kian menghisap Memeluk mataku dalam tipu fatamorgana

Pilu Kala (Malang, 26 Juli 1999)

Daun-daun hangus terbang melandai Terpaannya menggayut angin Desah jiwa aus terdengar jelas Mengelus tiap-tiap jengkal rasa Titik-titik embun berjatuhan Menggenangi lorong batinku Raut pasi membayang Pilu

Statis (Malang, 20 Juli 1999)

Tanjakan Sebuah satu Aku tak tahu Saat ini statis yang ada Hehe Tertawalah Kaki-kaki telah terangkai Jejakku Mengabdi padanya Terus berdiri dan berpacu Datar dan terus berlalu

Melamun (Malang, 1999)

Malam merayap Kian jauh merangkak Kutatap langit Tampak rembulan di sana Kaki-kakiku makin berat melangkah menapak mendaki dinding-dinding kemalaman Dan ku kian cepat berlari Mencoba untuk terjaga Terbang Berusaha jadi bintang Kesunyian kian jauh mencekikku Ku di tepi kesenyapan Membuatku semakin tak mengerti

Kandil (Malang, Juli 1999)

Kedua bola mata sembab berkelopak ayu sayu Tertunduk menangkap kirab-kirab emosi mengapal Nurani yang berdarah: Hanya berduka yang dimampu Mengepak sepasang sayap halus ----- membuai Satu irisan tanya: Akankah?

Mata Biru (Malang, 2006)

Mata biru membuatku sedih Mata biru membuatku terkenang Mata biru membuatku tak bisa bicara Aku menggambar wajah dengan senyum Aku menggambar musik-musik Aku menggambar cekakak angin Aku menggambar ingatan-ingatan Aku menggambar taring-taring Aku menggambar tangan-tangan Suara serulingku mengalahkan hujan Hingga aku tak bisa mendengar petirnya memenuhi angkasa Gending-gending bertabuh Aku duduk di kamar seperti orang cacat Tergoda menjebol tembok dengan kepala

Kemarin (Malang, 08 Januari 2007)

Kemarin adalah hari ketujuh Adam Air hilang Hari ketujuh pula aku menjejak awal tahun Hari ketujuh di mana pagi sekemilau emas Hari ketujuh langit begitu benderang Hari ketujuh angin begitu sejuk dan kencang Hari ketujuh sore begitu indahnya Hari ketujuh gelap terlambat datang Kemarin ba'da Maghrib Kulihat langit penuh gradasi Aku melihat biru pupus Aku melihat oranye Aku melihat ungu Awan berserabut Mega tanpa cacat

Hiya! (Malang, 01 Maret 2006)

Di dalam kamar seterang kilau roti tawar Putih di mana-mana Di bawah tatapan ingin tahu satu cicak Aku duduk menghadap kopi Bersama vocal penyanyi dekade kemarin Aku tidak bisa tidur gusti Aku tidak bisa tidur Ada apa dengan esok hari, pagi, siang, sorenya? Apa aku benar akan selekasnya berkereta api dan

Liung (Malang, 2005)

Desember kemarin Aku ketemu kamu Masih seperti dulu saja: Dengan federalmu Blue jasmu Kaus kaki Dan sepatu bututmu Rambutmu lebih panjang Kulitmu lebih legam Masih seperti dulu saja: Dengan gelora juangmu Islamismu Jawamu Sosialismemu Kamu bilang, "Kita terakhir ketemu setahun lalu," Iya. Waktu itu di depan rumah kita ngobrol sampai malam. Aku tertegun Ternyata sudah setahun? Aku pun masih ingat Suatu siang di teras kampus Kita bersalaman Kamu bilang, "Sampai jumpa di Senayan," Ternyata Itu hanya cita masa lalu Ada yang bercabang di otakku, kini. Nilai-nilai yang kupercaya setengah mati dulu kala... semakin tak nyata Aku punya nilai baru Akarku sendiri Aku akan jadi pendo'a saja Aku akan beregois Ada banyak keindahan yang meminta peduliku

Semisal (Malang, 07 Mei 1999)

Kalau aku adalah Dan aku adalah Lantas kau teriak nyaring Tapi aku tak mendengar Dan aku cuma senyum Tapi aku tak mengerti Aku senyum untuk apa Kau girang Kau pikir aku mengerti Sayang sekali

Apa Namanya (Malang, 07 Juni 2001)

Aku tahu Begitu juga dirimu Tak akan ada akhir dari petualangan kita Kalian Begitu berharga bagiku Tak pernah ada duka Tak pernah ada air mata Saat aku harus pergi Ada yang hilang terasa Aku akan kesepian, pasti Tanpa canda dan gelak tawa itu

Tenang (Malang)

Musim penghujan datang lagi Langit mulai kelabu dan berat Lantas aku tak tahu harus bilang apa Akhir-akhir ini aku terlalu banyak kehilangan Satu per satu mereka pergi Kini giliranku Lakon singkat kita memberi begitu banyak arti Terima kasih Kita pasti bertemu kembali, suatu hari