Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2016

Semai (03 Maret 2005)

Aku melihat diriku berjalan di ujung telaga Dengan kaki merah penuh batu Aku melihat diriku berjongkok di tepian awan Tersenyum lebar melihat selubung arsenic/ oranye mengikat atmosfir Duniaku seperti bola mimpi saja Sepi Senyap Tapi benakku jadi penuh daffodil Udara tanpa aroma

When (Malang, 12 Oktober 2002)

Ketika kegelapan berulah Senyap menyusupi celah-celah hati Menggores-menggaris Ada perih di sana Sedih? Aku tak ingin mengakui Hamparan deru angin senja makin lebar dan lapang Seperti aku bisa mendengar dan mengerti auman troposfer Gerimis pecah Seperti kaca berhamburan Berkecipak di antara cipratan air mata  dan gelenyar kecewa Aroma lumpur dan sedap malam naik meraupi mataku Kembang sepatu di belakang telingaku rontok  ----- sesobek dan sesobek

/Memetik Angin (Malang, Mei 2001)

Sobat Bagaimana? Mari kita minum kopi bersama Dan kunyah roti terakhir Sambil menatap bulan yang mengapung  di lengkungan langit Latar Ombo Berharap ia akan jatuh menimpa Tawamu keras sekali, Sobat Jangan bikin aku jadi sedih Banyak kegilaan yang aku temu bersamamu Kamu orang pertama yang tahu dan paham apa mauku Dan atas ketidakseimbanganku Karena kau sama weird -nya denganku Sama tengiknya Bahkan lebih Aku bangga telah mengenalmu Tawamu makin keras, Sobat Kau bikin aku makin sedih

Brown (Malang, 13 Februari 2006)

Karib yang ba’idku... Di suatu ketika Kala aku benar-benar gelap dan sendiri Di saat aku mempertanyakan Tuhan Di saat aku ditolak dunia: bahkan tembok pun membenciku... Di saat d é wala membeton ----- berdemarkasi antara aku dan orang-orang yang berlarian di sekitarku, selalu. Di saat aku masih selalu merasa asing di tengah sahabat yang mengitariku Saat aku merasa duri-duri enfer mengikat leherku dan cambuk-cambuk api mengejekku Saat nanah keluar dari mataku setiap harinya... You! Kamu datang memanggul ufuk baru bersama bagaskaranya dan senampan bintang-bintang. Memperkenalkanku pada alam dan cerita di luar pintu kamarku Kamu begitu berarti Hingga aku ingin jatuh cinta kepadamu Tapi aku tak bisa Di antara berbuntal kisah manis masa lalu, ada kamu di sana You were my brother,  still and always

Sekilas Saja (Malang, 2002)

Ketika mereka mabuk dan meludahi negara atas nama cinta dan air mata Dan sisa-sisa karbonasi tercecer di rumput mengiringi lelap kami Aku hanya bisa menatap dengan kepala kosong angkasa hitam memayungi kita Kemanusiaan yang bobrok dan tawa Tuhan menghantui setiap sudut langit

Melo (Malang, 06 Oktober 2002)

Ketika itu senja hampir surup Ada goresan-goresan membelah udara di atas sana Ketika itu hampir tak bersuara Ketika itu teriakan-teriakan dalam kepala hampir marak Jangan... jangan tumpahkan lagi air mata Meski oranye langit tak akan ada lagi Meski gerimis tak lagi senyap dan indah Meski es perlahan menutupi hatimu Akan kuiringi tenggelamnya masa dengan mata yang binar dengan mata yang cahaya Biar sesak itu makin meremukkan kita Lihatlah! Jejak-jejak makin hilang Saat menoleh ke belakang kau akan tahu kita sudah bukan kita