Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2022

Dongak (Malang, 27 Agustus 2005)

Tuhanku nun jauh di angkasa sana di angkasanya angkasa,... Plis! Liriklah aku, hambamu yang hina ini yang mengiginkan dan mendo'akan hal-hal besar dan menakjubkan Musikm hujan sudah datang kembali

Hh,... (Malang, 2005)

Setampah kegilaan kau suguhkan padaku Di sini Di bawah jendela langit Aku terbaring Menatap biru Dan awan yang berurai, berlalu Dan daun-daun

Bakar (Malang, 2005)

Membakar Langit seperti terbakar Cakrawala membujur dan melintang Kepalaku sakit sekali Penuh dengan ingatan-ingatan Rumput yang ranggas Menyelusup hati Ingin kurobek wajah-wajah Seperti iklan obat pusing Semua berputar Semua bertabrakan Semua saling tumbuk Aku nggak ngerti Benar-benar nggak ngerti

Sudah! (Malang)

Membikin jejak di setiap geliat Aku menganyam cita di antara rentang anyep cuap-cuap hampa makna ilusi diri Terus berseandainya Tuhan! Sudah!

Yang Menantiku (Malang)

Memikirkan karpet merah-kuning-hijau yang menantiku esok-esok membuatku ingin muntah Mengingat tema berulang yang aku nyaris tahu endingnya membuat kepalaku  serasa ditenggeri mahkota Judas Seandainya aku bisa mati dan hidup untuk kali kedua,... Tapi aku hanya mampu rebah dan berlagak tak peduli pada dunia!

Atas Nama (Malang, Sabtu 25 September 2004)

Dengan atas nama hari esok, gerimis kemarin sore, angin malam ini, Lea, MFM, senyumku, rencana masa depan, Who,...! Plus kamarku yang new abizz,.. juga": chattinganku nanti, e-mail baru, HA-HA-HA,... Kualatnya X - sobatku yang paling menyebalkan Pengen menulis banyak-banyak Kangen komik-komik

Ronce (Malang, 13 Juli 2004)

Terus mencari jawaban Tidak akan berhenti bertanya hingga aku mati dan dunia padam Akan terus mengorek isi bumi dan langit Tidka akan pernah tenang Tidak pernah diam Akan terus bekerja Tak bisa melawan dan menjegal kata hati dan mauku

Hari-hri (Malang, 11 April 2004)

Terlalu banyak kalender di kamar Mengingatkkan tentang hari-hari kemarin, esok dan sepuluh tahun kemudian. Di setiap angka ada tanda seru, sekaligus pancung tanya. Ada tuduk lesu, juga putus asa. Aku mencari, di mana cakrawala tergambar dan melambai padaku. Di mana emas dan sampan dan dayung? Di mana, Tuhan? Aku hanya punya wajah lurus dan mata putih

Someday (Malang, 4-4-4)

Suatu hari Langit akan kembali biru dan oranye Aku akan kembali berdiri dan menatap dunia Membuang gelap Kurenangi tanah di bawah kaki dan tersenyum lebar Aku akan memaling dan membalas lambaian mereka Aku akan berlari mengejar angin musim kemarau Melompat tinggi-tinggi dan tertawa keras Suatu hari

Ulap (Malang, Rabu 24 Maret 2004)

Panas yang terang Siang yang putih Sore yang oranye Kamar yang penuh sinar matahari Langit yang biru Awan yang seperti kapas Angin yang kencang Burung-burung gereja berlompatan mematuki cacing-cacing kecil mempermainkan dahan pohon

Ruina (Malang, Selasa 16 Maret 2004)

Aku mengira musim penghujan telah berlalu Ternyata aku salah Aku mengira sore ini akan bermandi cahaya seperti kemarin Ternyata panas hanya sampai siang Duduk menyilang kaki Meneleng kepala Menatap dengan sudut mata Menyusuri mimpi semalam, kecemasan dan ingatan waktu dulu Sedih

Sore (Malang, Senin 15.03.04-15.30

Langit biru, awan putih, sinar matahari ----- hangat cerah terang oranye pupus ----- Daun-daun bergoyang membentuk bayangan di tembok-tembok Angin segar,... Musik bagus,... Suara orang mandi di rumah belakang Lalu lalang kendaraan yang jarang Suara tok-tok penjual bakso Ingat jaman-masa kecil

Langit (Malang, Jumat, 09 Januari 2004)

Langit, senyum dong Jangan terus menerus mengeprukku Sebelum kamu runtuh, dan batu-batu gunung mengelupasi kulit kepala, berikan sedikit kehangatan dan restu Taburi bunga-bunga pada jalanku Usir awan hitam itu

Sabtu (Malang, 2003)

Hari Sabtu besok mereka akan datang membawa hidup dan cerita baru masing-masing yang tidak aku punyai saat ini Badut di tengah pesta

Line (Malang)

Sore yang basah Matahari November mengintip hangat Gurat cakrawala nampak; di ufuk barat Dia tak pernah tahu aku memimpikan siapa Dia tetap tersenyum dan tertawa polos

Ternyata (Malang)

Padahal aku sddah mengira bahwa saatnya telah tiba Ternyata belum Padahal setelah bertahun-tahun menanti Matahari itu masih jauh Bahkan bayangannya, se-ichipun tak ada

Tekad (Malang)

Bayang yang melumuri mata sudah kebanyakan! Aku tak ingin berhenti,  kali ini Akan kubuat dunia tuli oeh teriakanku Aku tak bisa stop dan surut Tidak. Akan kutancapkan petok-petokku di tanah bumi Aku tidak akan salah, kali ini

Tak Insipid (Malang, 2003)

Aku melangkah seperti kereta melewati karya-karya, dinding-dinding yang bergerak Terang,,, kuning,,, dan aku menyapa mereka Aku seperti bertemu lukisan!

Hazy (Malang, 2003)

Menerima kenyataan memang sulit Jujur untuk hal itu pada diri sendiri ----- mengatakan pada diri sendiri mengakui pada diri sendiri ----- susah. Tapi mulai hari ini akan kubiasakan diriku pada realitas

PM-AM (Malang)

Saban malam pian kamarku rontok secuil demi secuil Begitupun karpet yang mengalasi tubuhku terbakar sesenti demi sesenti Biarkan semut-semut lucu itu berjalan-jalan di atas sapu tanganku yang penuh ingus

Finish (Malang, 2002)

Tidak ada lagi Janji dan remah-remah jantung hati Semua sudah habis Seperti juga lembar-lembar dahulu kala yang seperti sesuatu Hati Rasa Tidak Selesai Aku senang Putih Aku seperti Langit seperti berapi

Well? (Malang, 2002)

Wayah rendheng datang lagi Langit mulai kelabu dan berat Lantas aku tak tahu harus bilang apa Akhir-akhir ini aku banyak kehilangan Satu per satu mereka pergi Kini giliranku Tahukah sampeyan? Lakon singkat kita  memberi begitu banyak arti Terima kasih

Inlet (Malang, Juni 2002)

Dari balik jendela aku melihat kekosongan matamu meski bunga-bunga semakin memutik Biru Aku semakin runtut dan tak mengerti Hei! Aku akan  ke mana? Hei!

Insensible (Malang, Lewat Tengah Malam, 14 Juni 2002)

Lagi-lagi aku  tak tahu harus menulis lagi sepat Bintang dan malam yang getir Aku kangen pada gejolak hati Apa esensi dari semua ini? Cokelat, merah, dan terbakar Hatiku hampir mati Jadi abu Jadi arang Semakin pekat Titik-titik-titik Oh pagi Mana lamunanmu? Karang-karang dan cadas Sepi Tanpa luka Bersih

No (Malang, 2002)

Aku sendiri lagi Memutari langit-langit bersama angin malam yang pahit Memancangkan geber-geber mimpi (lagi) Capek Sebenarnya apa sih yang aku mau? Ada rasa haru hadir di hatiku, beberapa waktu lalu Boring Sebenarnya apa sih yang aku mau/ Hidup dia! Jayalah dia! Abadilah dia! Bongkahan-bongkahan lacuran hati mulai menyatu lagi

Rona-Rona (Malang, 31 Mei 2002)

Mengapa aku menjadi momok bagi diriku sendiri dan mereka yang memagari dan menjagaku? Bulan-bulan sudah memuai Seperti juga aku, yang berkeringat asin Kemerahan rona dan pahatan sudah jadi hal yang biasa Jangan lagi kau coba merangkul  dan menggiringku ke arah mereka

/Sungguh (Malang, Minggu 11 Okt 1998)

Sungguh Malam ini aku tak ingin tidur Sungguh Malam ini aku tak ingin bermimpi lagi Mimpi terlalu indah: Kembang jewel di sudut eden Ia semu Aku hanya ingin menggeletak menatap langit kelabu Aku hanya berharap satu bintang tersisa untukku Dan aku  kembali bersenandung