Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Statis yang Melandai

/Kunzite (Malang, April 2023)

Timur Nirwono , , Timur Nirwana , , East Nirvana , , "Bapakmu mirip Ramos Horta," ujar teman yang duduk di bangku belakangku. Memuji foto wajah black and white 3x4 ayahku Foto yang paling kusukai karena itu adalah satu-satunya gambar dia yang tampak galak dan sangar

Sigh (Malang, 09 Agust 2014)

Bagaimana ya Saat SMA  aku sendiri pernah membikin cerpen yang di kemudian hari aku tahu, persis sama  dengan salah satu cerpen PW, yang aku yakin  belum pernah aku baca sebelumnya Aku sampai gemetar

Nyastro (Malang, Mei 2020)

Aku orang Malang Mendengar lagu-lagu Didi Kempot ----- bukan bahasa Jawa yang mainstream bagiku ----- Terkesan nyastra, mengiris hati Bahasa rayuan, sedu sedan ----- Semacam ada rasa miris sedih sekali Didi memakai kata: "ning" "sliramu" Diksi yang setara: "dikau" "daku" "engkau" "duhai"

Di Celahnya Senja (Malang, 27 Juli 1999)

Kala gelap menyelimuti Aku memandang jauh Lurus menembus celah-celah senja Tatapanku mengarak cepat Seperti kilat putih menyambar lekuk mega Kubuai diriku dalam pondhongan batas langit Merenda malam yang kian menghisap Memeluk mataku dalam tipu fatamorgana

Melamun (Malang, 1999)

Malam merayap Kian jauh merangkak Kutatap langit Tampak rembulan di sana Kaki-kakiku makin berat melangkah menapak mendaki dinding-dinding kemalaman Dan ku kian cepat berlari Mencoba untuk terjaga Terbang Berusaha jadi bintang Kesunyian kian jauh mencekikku Ku di tepi kesenyapan Membuatku semakin tak mengerti

Kandil (Malang, Juli 1999)

Kedua bola mata sembab berkelopak ayu sayu Tertunduk menangkap kirab-kirab emosi mengapal Nurani yang berdarah: Hanya berduka yang dimampu Mengepak sepasang sayap halus ----- membuai Satu irisan tanya: Akankah?

2016 (Malang, 01 Januari 2016)

Teriring ledakan-ledakan mercon.. Kuhamburkan remah-remah kenangan untuk kemudian kusakui kembali Menatap camar-camar imajiner di dinding kamar...   Bass headset menggembung empuk di gendang telinga

Bing! (Malang, 2006)

Di ujung celana jeans aku melihat aspal dan jalanan tiada akhir Akan kubuat telingaku setuli mungkin Apa aku harus begini sampai kelak? Sampai tua? Aku: Hanya ada musik, dada sakit, dan perut perih. Hanya ada suara-suara dan film masa lalu di kepala Kenapa aku harus melewati itu semua ya? Aku: Hanya bisa melarikan diri  pada kegelapan pada keheningan pada kopi Betapa damainya Betapa entengnya Betapa aku lepas dari semuanya Seandainya Seandainya

Aku Akan (Malang, 2006)

Aku akan memakan pagi dan membuatnya jadi remah-remah Aku akan memakan api dan membuatnya jadi arang Aku akan memanggang otakku dan membuatnya jadi sehitam empedu

Tujuh (Malang, 25 November 2005)

Aku menyelamatkan dua sembilu dan membunuhnya Aku menyelamatkan dua sayap dan membunuhnya Aku memberi selimut dan memasukkan mereka ke dalam kaca Mereka mati, tenggelam di balik salju Meninggalkan wajah dan seserat senyum Mata-mata bersinar untukku Aku pembunuh Aku pembunuh Cukup Aku bodoh Aku bodoh

Terawang (Malang)

Daun-daun hijau kusam Langit biru muda namun gelap Sinar memberkas-berkas di tembok semen Bayang-bayang pohon kelapa gading meraja

Kebas (Malang)

Hari ini aku bangun dengan tubuh penat Mengingat semalam purnama batal menghampiri aku Terlalu banyak berharap Huah!

Bain (Malang, 19 Juli 1999)

Di atas sana Langit petang menjelang Coba hadir di hati dan jiwa yang sedang bisu Kulangkahkan kaki dalam tak nyatanya Merindukan bisiknya yang selalu menemaniku

Bumbung (Malang, Juli 1999)

Membumbung dalam kungkungan seribu kasa mimpi Semantik itu bagai tusukan yang pedih Membuatku kembali terperah Aku tak mengerti Mengapa harus terulang lagi

If (Malang, Jum’at 07 Mei 1999)

Kalau aku adalah... Dan aku adalah... Lantas kau berseru nyaring Tapi aku tak mendengar Dan aku cuma senyum Tapi aku tak mengerti: aku senyum untuk apa Kau girang Kau pikir aku mengerti Sayang sekali...