Langsung ke konten utama

Kroak (Malang, Gasebo FIA UB 2002)

1
Apa yang memecah belah negara dan dunia?
Ideologi.
Seharusnya mereka benar-benar tahu
tidak ada kebenaran
yang benar-benar benar
Hanya pembenaran
Kebenaran yang benar-benar benar
pada Tuhan saja
Manusia?
Selurus apakah?

Sama seperti petuah-Mu
untuk mencari apa yang harus kita temukan
yakni surga dan neraka
Hijau dan merah dan kuning
apa warna mereka
aku masih mencari lagi

Manusia tak punya apa-apa
Iya?
Iya?
Lagi...
Kacau
Semua sudah berantakan
Awan hitam,
biru,
lain-lain
Aku memilih kalimah-kalimah
Mengapa harus ber-isme 
Bukan itu!

Bersih
Warna yang bersih
Tercantum pada lembar-lembar fantasi dan puisi saja

Kejujuran itu nol
Hanya relativity yang nol
Pucat seperti tajin
Lantak-lantak pucuk cintamu dan cintaku
hanya sebuah ketidakpastian yang nol
Persen dan harga pada tiap-tiap kita

Menurut mereka aku bukan seperti ketika itu

Proses pemenuhan mengisi alur-alur kehidupan
sampai benar-benar tumpah
Hingga pembayaran akan dosa dan amal tak bertakar

2
Keramaian kata-kata "No Fear in The World"
atau "Save Our Planet"
Ompong.
Siapa dan mengapa atau apa?
Aku jijik pada sebuah atau semua pernyataan-pernyataan
dan tidak mau tahu
Apakah itu deklamasi atau deklarasi
atau pembentukan ranah baru yang lagi-lagi
sarat akan ketidak bermaknaan

Aku tidak pernah bisa mengerti akan keputusan-keputusan
Aku tidak bisa mengambarkan kepastian-kepastian
Takut
Takut pada kepastian dan kebenaran
bahwa kita diadakan oleh kekosongan
dan untuk kekosongan
Suara mereka tidak pernah tidak
hanya membuat otak makin asat berpikir
untuk sebuah pembenaran akan keyakinan
dan keloyalitasanku pada keyakinan itu
Kesetiaan adalah wajib bagi you and me
Kita berlaku dan bertindak untuk dianggap benar
dan agar dianggap benar
Kelayakan itu harus!
Agar kita bisa berkembang demi tujuan awal kita mengambil start

Rasa hanya beroleh pada lagi-lagi pertanyaan
Mengapa dan apa?
Siapa dia?
Atau kamu?
Di pojok dan sudut-sudut keinginan menjerawut korak
Manusia seperti juga aku selalu bingung
karena manusia sendiri adalah sebuah kebingungan belaka

3
Ketika mengawali
mengakhiri sebuah jaman
betapa layak diberdayakan
Mendetak nafas
Memberi jalan pada ruh untuk berjaya
Lama mereka berpikir tentang arti,
martabat
dan hakekat diri
Mencoba merenungi satu per satu
lapis selapis
visi-misi kehadiran kita
Menghampari dengan satu:
Kenyataan
Nyata yang sulit
Karena nilai keabstrakan lebih punya nilai
Seperti Tuhan

4
Selalu aku masih terus berpikir
Ketika sebutir pasir debu melintas di depan mata
maka aku berpikir,
"Apa itu?" 
Aku sungguh capek
Tapi aku tak bisa berhenti untuk itu
Sering aku menertawai diriku
Maka,
ketika sampai pada titik temu
tidak pernah ada "Oya."
Hanya kerutan-kerutan di dahi yang makin banyak

 


 

Postingan populer dari blog ini